Minggu, 13 Mei 2012

Pendidikan Petani

PENDIDIKAN PETANI


Oleh
Hery Bachrizal Tanjung 

Di tengah arus globalisasi dewasa ini terdapat banyak fenomena atas praksis pembangunan pertanian di berbagai negara yang telah menimbulkan relasi sosial ekonomi yang timpang dan tidak adil.   Issu yang paling mengemuka adalah, secara perlahan tetapi pasti, semakin banyak petani    mengalami proses ketersing-kiran (marjinalisasi) dari lahan usahataninya (hingga akhirnya menjadi tidak memiliki lahan), yang kemudian disusul dengan keterpisahan mereka dari keluarga besarnya (karena terpaksa migrasi atau urbanisasi untuk mencari sumber kehidupan baru).    
Proses marjinalisasi atau dehumanisasi (Fakih, 1999 : xix) di dunia pertanian sudah berlangsung lama.  Ketika sistem produksi pertanian feodalistik, para petani yang tidak berlahan (petani gurem) menjadi penggarap tanah para tuan tanah atau pemilik tanah, sambil bertani di ladang yang terbatas luasnya.  Saat sistem produksi kapitalistik diperkenalkan dan dijalankan, maka hubungan feodal berubah menjadi hubungan buruh-majikan yang melahirkan buruh tani dalam jumlah sangat besar di berbagai negara.  Para buruh tani itu sesungguhnya tidak lagi menjadi petani, tetapi mereka adalah buruh yang bekerja di sektor pertanian kecil  .   Walaupun gagasan dan gerakan reformasi agraria atau land reform diyakini menjadi cita-cita dan jalan untuk mengembalikan buruh tani menjadi petani sejati  , namun proses marjinalisasi petani tetap terjadi setelah lahan para petani dikonversi atau dialihkuasakan kepada perusahaan bermodal besar yang memperoleh fasilitas dan legalitas formal peme-rintah (misalnya perkebunan atau peternakan besar berorientasi ekspor)  , dan juga sebagai akibat kebijakan harga pangan dan insentif ekonomi yang tidak memihak petani namun terlalu menguntungkan kelompok industri dan perdagangan  .  
Ketika land reform bergema menjadi wacana alternatif untuk memperkuat petani, para pendukung kapitalisme mengajukan konsep baru yang dikenal dengan istilah Revolusi Hijau  .   Revolusi hijau memang telah menunjukkan prestasi dalam meningkatan produksi padi secara nasional, bahkan pernah menghantarkan Indo-nesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984, seperti dicatat oleh Wahono (1999b :15 -16) dan banyak peneliti lainnya, sehingga telah dianggap sebagai dewa penyelamat yang menuntun petani keluar dari perangkap involusi pertanian  . Namun pada sisi lain, berdasarkan pada banyak hasil penelitian dan bukti, banyak pihak menyatakan bahwa revolusi hijau justru memperdalam proses marjinalisasi petani secara sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pengetahuan menuju dehumani-sasi   dan tidak menjadikannya petani sejati  (Fakih,1999 : xx) tetapi mengantarkan petani kecil dan buruh tani ke dalam perangkap globalisasi (Wahono, 1999b : 29). 
Pronk (1999 : xxi) menegaskan bahwa, pembangunan pertanian (tanaman pangan) berbasis revolusi hijau, baik berorientasi ekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan lokal, terlalu difokuskan pada maksimalisasi keuntungan jangka pendek (dan menghadapi issu-issu ketersediaan pangan, lapangan kerja, nilai tukar mata uang, pertumbuhan penduduk),  tetapi tidak cukup mempertimbangkan kepentingan individu petani (yaitu pengelolaan sumberdaya lokal berkelanjutan oleh petani untuk jangka panjang) dan pemberdayaan masyarakat pedesaan.  Padahal pengelolaan sumberdaya lokal pertanian secara berkelanjutan oleh petani adalah salah satu hak untuk menjadi petani sejati.   Sehingga menurut Wahono (2004 : 3–6), berbagai issu produksi dan distribusi pertanian serta kecukupan pangan cenderung terkait dengan politik (kebijakan) ekonomi (pertanian) pemerintah dan perdagangan pangan dunia, dengan pendekatan politisasi dan komersialisasi pangan; dan bukan kepada pende- katan yang peduli sesama dan alam semesta yang mengedepankan kearifan lokal dan keaneka-ragaman hayati yang telah berabad lamanya ada dalam kontrol rakyat.
Berbagai upaya menuntut dan memperkuat hak-hak petani telah muncul di banyak tempat.  Sebagai contoh, Wiryono (1996 : viii) mencatat, bersamaan dengan penyelenggaraan World Food Summit (Konferensi Tingkat Tinggi Pangan se Dunia) oleh FAO di Roma pada November 1996, dilaksanakan forum koalisi masyarakat sipil dunia yang peduli pertanian dan pangan untuk memperjuangkan aspirasi petani di dalam Konferensi.  Aspirasi tersebut ialah : (a) memperluas partisipasi petani dan wanita tani, (b) memperkenalkan pendekatan pertanian agroekologis dan organik, (c) menerapkan prinsip kecukupan sendiri dan menghindari ketergantungan pada perdagangan luar, (d) melakukan reformasi agraria, (e) menghormati pengetahuan masyarakat adat, dan (f) mengembangkan keaneka-ragaman hayati sumber bahan pangan untuk memenuhi kecukupan pangan global. Pertanyaannya adalah, dengan cara yang bagaimana agar aspirasi yang sebangun dengan hak-hak petani tersebut dapat menjadi kesadaran penuh dan teraplikasi sebagai perilaku aktual petani ?  
Di Indonesia dewasa ini, juga ada beberapa upaya dan gerakan yang bertu-juan menyadarkan hak-hak petani atas tanah, tetapi belum berhasil mengantarkan terwujudnya petani sejati menuju tata keadilan dan kesejahteraan petani.  Menurut Wahono (1999a : 3), hal tersebut disebabkan oleh hegemoni dan dominasi kekua-saan negara dan praktek pergerakan modal perusahaan besar global, serta perilaku petani yang takut menanggung resiko dan ketidak-berdayaan tenaga kerja di tengah sempitnya peluang kerja.  Oleh karena itu untuk menegakkan hak-hak petani agar terwujud petani sejati, ada baiknya merujuk pemikiran Gramsci (1971) dalam Fakih (1996 : 57 – 58) yang melukiskan bahwa pendidikan, budaya dan kesadaran kritis, sebagai daerah perjuangan sangat penting untuk melawan hegemoni (negara dan modal) sekaligus melakukan transformasi sosial menuju relasi sosial yang lebih adil.
Masyarakat dengan relasi sosial yang lebih adil adalah kualitas masyarakat idaman, di mana semua warga termasuk petani menjalani kehidupan dengan hak-hak dan kewajiban yang ada padanya secara manusiawi dan adil (Fakih, 1999 : xx). Korten (2002 :178) menyebutnya sebagai bentuk masyarakat beradab yang adil, lestari (berkelanjutan) dan peduli terhadap semua ; yaitu suatu masyarakat pasca korporasi kapitalisme yang berpusat pada kehidupan  .  Untuk mencapai kualitas masyarakat idaman tersebut, dalam konteks pertanian, ada tiga konsep yang dapat dipelajari, ialah : (a) pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah (Low External Input and Sustainable Agriculture - LEISA), diajukan oleh Reijntjes, Haverkort, and Water-Bayer (1999) ; (b) pertanian organik yang didukung masyarakat (Organic and Community-Supported Agriculture), ditunjuk oleh Korten (2002 :175) ;  (c) pertanian yang peduli kepada sesama dan alam semesta, mengedepankan kearifan lokal dan keaneka-ragaman hayati, diajukan oleh Wahono (2004 : 3).  Ketiga konsep itu dapat dikatakan berakar pada konsep pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture)  .
    Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan pokok yang ingin dikemukakan ialah model pendidikan petani yang bagaimanakah yang handal untuk mewujudkan kese-jatian petani menuju relasi sosial yang lebih adil dan peduli.  Pertanyaan ini sangat relevan ketika status mutakhir kinerja penyuluhan pertanian Indonesia berada pada kondisi kritis bahkan stagnan untuk menggerakkan kegiatan bersifat transfer teknologi kepada petani guna mendukung upaya peningkatan produksi hasil pertanian, seperti yang dilaksanakan selama ini, sebagaimana dilaporkan oleh Soebiyanto (1998 : 301), Sumardjo (1999 : 306), dan Puspadi (2001 : 31) di dalam disertasi masing-masing.  Lebih jauh dikemukakan bila penyuluhan diarahkan kepada kegiatan yang lebih bersifat pengembangan sumber-daya manusia dalam rangka pemberdayaan menuju kemandirian petani, maka perlu paradigma baru untuk melandasinya  .   Padahal ditegaskan oleh Slamet (2001 : 6) bahwa hakikat penyuluhan pertanian, adalah sebagai sistem pendidikan non-formal yang akan memberdayakan rakyat-petani agar mampu membangun diri dan lingku-ngannya dalam arti luas untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.




Dari uraian di atas dapat dirumuskan secara ringkas, bahwa pembangunan pertanian yang bertumpu pada gerakan revolusi hijau (di Indonesia : Bimas) selain menghasilkan peningkatan produksi beras nasional (pada beberapa tahun), komer-sialisasi dan politisasi pangan/pertanian ; yang terpenting justru telah menciptakan dehumanisasi petani, hilangnya hak-hak petani untuk tumbuh menjadi petani sejati, dan relasi sosial yang tidak adil.  Namun di tengah kenyataan dan tantangan yang dihadapi petani dewasa ini telah muncul konsep pembangunan pertanian yang lebih berdimensi ekologis dan berkeadilan sosial, yaitu pertanian berkelanjutan.  Di dalam lingkungan pertanian bekelanjutan diharapkan dapat diperkuat hak-hak petani, yang bila dilengkapi dengan pendidikan petani yang tepat, akan dicapai wujud perilaku kesejatian petani, untuk menuju masyarakat beradab yang adil, lestari, dan peduli. 
Terkait dengan pendidikan petani, keberhasilan Bimas mencapai swasem-bada beras tahun 1984, menurut Slamet (2001:3) justru membawa malapetaka bagi penyuluhan pertanian (sebagai pelaksana pendidikan non-formal petani), karena secara tidak sadar kemudian banyak pihak memiliki persepsi bahwa penyuluhan pertanian (sebagai salah satu komponen Bimas) adalah alat meningkatkan produksi pertanian, seperti halnya pupuk dan insektisida; dan bukan sebagai usaha tersendiri yang bertujuan untuk meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan petani (seperti diketahui, meskipun produksi pertanian meningkat, namun itu tidak selalu bermakna sama dengan peningkatan kesejahteraan petani).  Ditambah beberapa faktor lain, posisi mutakhir kelembagaan penyuluhan pertanian kini telah kritis bahkan stagnan untuk melakukan pendidikan petani.
Rumusan sementara dicapai melalui telaah sejumlah pemikiran dan konsep terkait dengan issu pendidikan (orang dewasa) khususnya, dan pengembangan sumberdaya manusia pada umumnya. Terutama konsep Gramsci (1971) yang melukiskan bahwa pendidikan, budaya, dan kesadaran kritis, sebagai daerah perjuangan sangat penting untuk melawan hegemoni sekaligus melakukan transformasi sosial menuju relasi sosial yang lebih adil ;  serta konsep, praksis, dan publikasi pendidikan yang dikembangkan oleh Freire (1972) untuk membebaskan kaum tertindas melalui penumbuhan kesadaran kritis dan humanisasi untuk mewu-judkan kemerdekaan, persahabatan dan solidaritas manusia.

--- ,,, ---

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Fachri. 1989. Tanah dan Eksistensi Petani. dalam Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial PRISMA  No 4  tahun 1989. Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.
Amin, Samir. 1999. Globalisasi Kapitalis Baru : Problem dan Perspektif. dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif  WACANA No IV / 1999. Penerbit Insist Press. Yogyakarta.
----------------. 2000. Sistem dalam Krisis : Runtuhnya Mekanisme Pengaturan Kapitalis. dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif WACANA No VII / 2000. Penerbit Insist Press. Yogyakarta.
Arief, Sritua. 1996. Kebutuhan Dasar dan Keadilan Sosial dalam Strategi Pembangunan. dalam Effendi, Sofian ; Sairin Sjafri ; Dahlan, M Alwi. (Ed). Membangun Martabat Manusia : Peranan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Pembangunan. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Arief, Sritua dan Sasono, Adi. 1981. Indonesia : Ketergantungan dan Keterbelakangan. Lembaga Studi Pembangunan. Jakarta. 
Bachriadi, Dianto. 1995. Ketergantungan Petani dan Penetrasi Kapital : Lima Kasus Intensifikasi Pertanian dengan Pola Contract Farming. Penerbit Yayasan Akatiga. Bandung.
Bates, Robert. L. 1981. Markets and States in Tropical Africa : The Political Basis of Agricultural Policies. University of California Press. Barkeley
Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial : Observasi Kritis terhadap Para Filosof Terkemuka. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Bellah, Robert. 1999. The Good Society. Vintage Books. New York.
Budiman, Arief dan Ufford, Ph. Quarles van. 1988. Krisis Tersembunyi dalam Pembangunan : Birokrasi-birokrasi Pembangunan.  Penerbit Gramedia. Jakarta.
Budisusila, A dan Haryanto, Gito. 2000. Gerakan Perlawanan Rakyat terhadap Dominasi Kekuasaan.  dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif  WACANA No VII / 2000. Penerbit Insist Press. Yogyakarta.
Collier, William. L. dkk. 1996. Pendekatan Baru dalam Pembangunan Pedesaan di Jawa : Kajian Pedesaan Selama Dua Puluh Lima Tahun. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Crawford, Beverly and Lipschutz, Ronnie. D. (Eds). 1998. The Myth of Ethnic Conflict : Politics, Economics, and Cultural Violence. University of California. Berkeley.
Damanhuri, Didin. S. 2000. Paradoks Pembangunan Ekonomi Indonesia dan Perspektif Pemberdayaan Ekonomi Rakyat di Sektor Pertanian dan Perikanan. Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.  Bogor. 
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan : Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Penerbit LP3ES. Jakarta.
Etzioni, Emitai. 1993. The Spirit of Community : the Reinvention of American Society. Touchtone Publisher. New York.
Esteva, Gustavo. 1995. Pembangunan . dalam Sachs, Wolfgang. (Ed). Kritik Atas Pembangunanisme : Telaah Pengetahuan Sebagai Alat Penguasaan. terjemahan. Penerbit CPSM. Jakarta. 
Fakih, Mansour. 1996. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial :Pergolakan Ideologi LSM Indonesia. terjemahan. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
--------------------. 1999. Pengantar Edisi Indonesia. dalam Reijntjes, Coen ; Haverkort, Bertus ; dan  Water-Bayer, Ann. Pertanian Masa Depan : Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. terjemahan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
--------------------. 2001. Ideologi dalam Pendidikan : Sebuah Pengantar.  dalam. O’neil, William. F. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
--------------------. 2002a. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Penerbit Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Insist Press. Yogyakarta.   
--------------------. 2002b. Jalan Lain : Manifesto Intelektual Organik. Penerbit Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Insist Press. Yogyakarta.   
--------------------. 2002c. Tiada Transformasi Sosial tanpa Gerakan Sosial. dalam Zubir, Zaiyardam. Radikalisme Kaum Pinggiran : studi tentang ideology, issu, strategi, dan dampak gerakan. Penerbit Insist Press dan Insist Fellowship Program. Yogyakarta.
--------------------. 2002d. Social Movement sebagai Alternatif terhadap Civil Society. dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif  WACANA No XI / 2002. Penerbit Insist Press. Yogyakarta.
Farmer, B. H. (Ed). 1982. Green Revolution ? : Technology and Change in Rice-growing Areas of Tamil Nadu and Srilanka. The English Language Book Society and Macmillan Press Ltd. London.
Femia, Yoseph. V. 1983. Gramsci’s Political Thought : Hegemony Consciousness and the Revolutionary Process. Clarendon Press. Oxford.
Fukuyama, Francis. 1999. The Great Disruption : Human Nature and the Reconstitution of Social Order. Touchstone Book. New York.
Geertz, Clifford. 1973. Involusi Pertanian : Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. terjemahan.  Penerbit Bhatara.  Jakarta.  
Giddens, Antony. 1998. The Third Way. Blackwell Publisher Ltd.
Goldsmith, Edward. 1996. The Last Word : Family, Community, Democracy.  in Mander, Jerry dan Goldsmith, Edward. (Ed). 1996. The Case Against The Global Economy :  and for a turn toward the local. Sierra Club Books. San Francisco. 
Gramsci, A. 1971. Prison Notebooks. International Publisher. New York.
Hayami, Yujiro and Kikuchi, Masao. 1981. Asian Village Economy at the Crossroads. University of Tokyo Press. Tokyo.
Hettne, Bjorn. 2001. Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.  Jakarta.   
Husken, Frans dan White, Benjamin. 1989. Ekonomi Politik Pembangunan Pedesaan dan Struktur Agraria di Jawa. dalam Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial PRISMA No 4  tahun 1989. Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.
Ife, Jim. 1995. Community Development : Creating Community Alternatives – Vision, Analisys and Practice.  Longman Australia Pty Ltd. Melbourne.
Jayasuriya, Kanishka. 2000. dari Kekuasaan Negara ke Kekuasaan Pasar Global : Asia Timur Pasca-Krisis. dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif WACANA No VII / 2000. Penerbit Insist Press. Yogyakarta.
Jhamtani, Hira dan Hanim, Lutfiyah. 1999. Petani dan Pertanian di Era WTO. dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif WACANA No IV 1999. Penerbit Insist. Yogyakarta.
Jhamtani, Hira. 2000. Perjalanan Kesepakatan Perdagangan Dunia : Alat Globalisasi Menundukkan Dunia Ketiga. dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif WACANA No VII / 2000. Penerbit Insist Press. Yogyakarta.
Korten, David. C. 1984. Menuju Pembangunan yang Memihak Rakyat. terjemahan. Penerbit Lembaga Studi Pembangunan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
---------------------. 1993. Menuju Abad ke-21: Tindakan Sukarela dan Agenda Global.  terjemahan. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
---------------------. 1997. Bila Korporasi Menguasai Dunia (When Corporaions Rule The World). alih bahasa. Penerbit Professional Books. Jakarta.  
---------------------. 2002. Kehidupan Setelah Kapitalisme (The Post Corporate World).  alih bahasa. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.   
Kuntowijoyo.  1996. Kecendrungan Perkembangan Sosial Budaya Awal Abad XXI (Perspekif Sejarah). dalam Effendi, Sofian ; Sairin Sjafri ; Dahlan, M Alwi. (Ed).  Membangun Martabat Manusia : Peranan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Pembangunan.  Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
----------------. 1998. Paradigma Islam : Interpretasi untuk Aksi. Penerbit Mizan. Bandung.
----------------. 2001. Periodisasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Indonesia : Mitos, Ideologi, dan Ilmu. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 
Madjid, Nurcholish. 1999. Pembinaan Masyarakat Madani dan Investasi Demokrasi : Tantangan dan Kemungkinan. Makalah disiapkan untuk Rakernas ICMI, tanggal 10 Juli 1999 di Bandung.
Mander, Jerry dan Goldsmith, Edward. (Ed). 1996. The Case Against The Global Economy :  and for a Turn Toward the Local. Sierra Club Books. San Francisco. 
Marshus, Bun-Yanum. 1995.  Industri Pedesaan : Menghindari Perangkap Involusi dan Stagnasi Pendapatan. dalam Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial  PRISMA No 8  Maret 1995. Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.
Misra, R. P. 1981. The Changing Perception of Development Problems. In Misra, R. P and M. Honjo (Ed). Changing Perception of Development Problems. Volume 1. Maruzen Asia for and on befalf of the United Nations Centre for Regional Development.  Singapore.
Mubyarto. 1991. Bung Hatta dan Perekonomian Rakyat.  Pidato pada Annual Memorial Lecture Bung Hatta, Yayasan Genta Bidaya. Padang. 
------------. 1999. Pertanian dan Ketahanan Ekonomi Rakyat. dalam Mubyarto. Reformasi Sistem Ekonomi : dari kapitalisme menuju ekonomi kerakyatan.  Penerbit Aditya Media. Yogyakarta.
Jonathan.  1994.  Ekonomi Pedesaan Asia : Sebuah Tinjauan Ulang. dalam  Pincus, Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial PRISMA  No 3  Maret 1994.  Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia.  Jakarta.
Pratap, Vijay dan Wallgreen, Thomas. 2002. Memahami Aksi Warga (Civic Action) demi Tanggung Jawab Global. dalam  Jurnal Ilmu Sosial Transformatif  WACANA No XI / 2002.  Penerbit Insist Press.  Yogyakarta.
Pronk, Jan. 1999.  Kata Pengantar.  dalam Reijntjes, Coen ; Haverkort, Bertus ;dan Water-Bayer, Ann. Pertanian Masa Depan : Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah.   terjemahan.  Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rachbini, Didik. J. 1989. Gambaran Strategi Pembangunan Pedesaan Transformatif. dalam Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial PRISMA No 4 tahun 1989.  Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia.  Jakarta.
----------------------. 1994. Perspektif Teori Ekonomi Politik Baru. Dalam Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial PRISMA  No 3  Maret 1994.  Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia.  Jakarta.
Reijntjes, Coen ; Haverkort, Bertus ; dan Water-Bayer, Ann. 1999. Pertanian Masa Depan : Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. terjemahan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sayogyo. 1996. Pengantar. dalam Collier, William. L. dkk. Pendekatan Baru dalam Pembangunan Pedesaan di Jawa : Kajian Pedesaan Selama Dua Puluh Lima Tahun. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Singh, Rajendra. 2002. Teori-teori Gerakan Sosial Baru. dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif  WACANA No XI / 2002. Penerbit Insist Press. Yogyakarta.
Sachs, Wolfgang. 1995. Introduksi. dalam Sachs, Wolfgang (Ed). Kritik Atas Pembangunanisme : Telaah Pengetahuan Sebagai Alat Penguasaan. terjemahan. Penerbit CPSM.  Jakarta. 
Scott, James. C. 1993.  Perlawanan Kaum Tani.  terjemahan. Penerbit Yayasan Obor Indonesia.  Jakarta.
---------------------. 1994. Moral Ekonomi Petani : Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. terjemahan. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
---------------------. 2000. Senjatanya Orang-orang yang Kalah. terjemahan. Penerbit Yayasan Obor Indonesia.  Jakarta.
Soetomo, Greg. 1997. Kekalahan Manusia Petani.  Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sugiono, Muhadi. 1999. Kritik Antonio Gramsci terhadap Pembangunan Dunia Ketiga. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani. Disertasi Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.  (tidak diterbitkan).
Suseno, Franz-Magnis. 1992. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 
Suwarsono  dan  So, Alvin. Y. 2000. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Penerbit LP3ES.  Jakarta. 
Tabb, William. K. 2003. Tabir Politik Globalisasi. terjemahan. Penerbit Lafadl Pustaka. Yogyakarta. 
Tjondronegoro, Sediono. M.P. dan Wiradi, Gunawan. (Eds). 1984. Dua Abad Penguasaan Tanah : Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa. Gramedia untuk Yayasan Obor Indonesia.  Jakarta.  
Todaro, Michael. P. 1999.  Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. alih bahasa Penerbit Erlangga. Jakarta.
Trijono, Lambang.  1994.  Pasca  Revolusi Hijau di Pedesaan Jawa Timur. Dalam  Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial PRISMA  No 3  Maret 1994.  Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia.  Jakarta.
Wahono, Francis.  1994.  Dinamika Ekonomi Sosial Desa Sesudah 25 tahun Revolusi Hijau.  dalam  Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial PRISMA  No 3  Maret 1994.  Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia.  Jakarta.
----------------------. 1999a. Petani: dari Konflik menuju Demokrasi. dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif  WACANA No IV 1999.  Penerbit Insist. Yogyakarta.
----------------------. 1999b. Revolusi Hijau : dari Perangkap Involusi ke Perangkap Globalisasi.  dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif  WACANA No IV 1999. Penerbit Insist.  Yogyakarta.
----------------------. 2000. Menuju Penguatan Hak-hak Petani : Melalui Gerakan Petani Organik.  dalam Jurnal Ilmu Sosial Transformatif  WACANA No VII / 2000. Penerbit Insist Press.  Yogyakarta.
----------------------. 2004. Depolitisasi Pangan : Sebuah Upaya Mengangkat Kearifan Lokal dan Mendayagunakan Keaneka-ragaman Hayati.   dalam  Wahono, Prancis; Widyana, AB;  dan  Kusumajati, Titus O. (Editor). 2004.  Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Penerbit Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. Yogyakarta.
Wirutomo, Paulus. 2001. Membangun Masyarakat “Adab” : Suatu Sumbangan Sosiologi. Pidato Pengukuhan Guru Besar bidang Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 9 Juni 2001.  Depok.
Wiryono, P. 1996. Kata Pengantar. dalam Soetomo, Greg. 1997. Kekalahan Manusia Petani : Dimensi Manusia dalam Pembangunan Pertanian. Penerbit Kanisius.  Yogyakarta.
Wolf, Eric. R. 19.. Petani : Suatu Tinjauan Antropologis. Penerbit CV Radjawali. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar