Rabu, 25 April 2012

Pengantar Buku Kejahatan Korupsi


KATA PENGANTAR
Korupsi adalah sesuatu yang sangat sensitif untuk dibicarakan dalam konteks kehidupan bangsa Indonesia saat ini. Sehingga apapun yang berkaitan dengan korupsi, selalu membawa respon yang berlebihan dari masyarakat. Begitu juga dengan beberapa kasus besar saat ini. Misalnya, kasus korupsi Pajak yang dilakukan oleh oknum-oknum pegawai pajak, yang tersangkanya seperti Gayus Halomoan Tambunan dan Danang Widyamitka yang baru-baru ini ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), begitu pula dengan kasus-kasus besar lainnya seperti kasus Mega-korupsi Bank Century, kasus cek pelawat DPR Bank Indonesia, kasus Wisma Atlet dan Hambalang yang tengah menyeret hampir semua elit Partai Demokrat, hingga menyeret nama Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Tidak sedikit masalah yang ditimbulkan oleh korupsi pada saat ini, hingga membuat kancah perpolitikan dan bernegara di negeri ini kian mencekam, mulai dari korupsi anggaran Negara yang bermilyar-milyaran rupiah hingga korupsi waktu dan tempat, terus menjadi sorotan utama media dan publik. Sehingga begitu sensitif dan akan sangat cepat menjadi pembicaraan ramai dalam kehidupan masyarakat. Apapun bentuk yang namanya penyelewengan, selalu menjadi kasus yang khalayak sangat ramai dikalangan masyarakat, dan tidak sedikit masalah korupsi juga yang belum disorot oleh mereka, dikarenakan kesibukan mereka menyoroti korupsi yang lainnya.
Korupsi yang sangat hangat dibicarakan sekarang ini, adalah kasus korupsi Wisma Atlet dan Hambalang yang tersangka utamanya adalaha M. Nazaruddin (mantan bendahara umum Partai Demokrat), yang menyeret hampir semua nama elit Demokrat lain, mulai dari kader biasa Demokrat hingga menteri dan ketua Fraksi DPR RI dari Demokrat, hingga yang gencar disebut saat-saat ini adalah nama ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Hingga baru-baru ini sang ketua umum mengatakan “apabila saya benar melakukan korupsi, meski serupiah, maka saya siap untuk ditembak mati dan digantung di Monas”, pernyataan yang banyak sekali mengundang kritik dan sorotan dari berbagai pihak, mulai dari pengamat, pakar, hingga masyarakat awam.
Selain kasus itu, kasus yang belum selesai hingga sekarang juga adalah kasus mega-korupsi Bank Century dan juga kasus korupsi Cek Pelawat DPR dari Bank Indonesia. Untuk kasus Mega- korupsi Bank Century, berakhir dengan menghilangnya mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, begitu pula dengan kasus Cek Pelawat DPR, yang hampir hilang dengan ditetapkannya mantan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda Goeltom sebagai tersangka.
Berbagai kasus ini belum menemukan titik terang untuk segera diakhiri, yakni dengan memberikan keadilan yang seadil-adilnya kepada pelaku, itulah yang diharapkan banyak kalangan terutama masyarakat yang selalu berharap keadilan. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya. Entah masalahnya yang terlalu besar atau karena para penegak hukum yang terlalu lamban dalam mengumpulkan bukti untuk mengadili mereka. Itu adalah pertanyaan besar yang belum terjawab hingga saat ini.
Banyak pula yang menanyakan tentang keseriusan lembaga pemberantas korupsi untuk sesegera mungkin menyelesaikan kasus-kasus korupsi di Indonesia, yang kian hari kian menambah.
Ada semacam harapan besar dari masyarakat untuk menuntaskan kasus-kasus besar tindak pidana korupsi yang sedang menjangkiti hampir semua lini kehidupan bangsa ini, ketika seorang Abraham Samad terpilih menjadi ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (selanjutnya disebut KPK) untuk menyelesaian persoalan korupsi bangsa ini (Abraham Samad berjanji kepada seluruh rakyat Indonesia “apabila kepemimpinannya tidak mampu menyelesaikan kasus-kasus besar dalam setahun, maka dia siap untuk kembali ke Makassar”). Akan tetapi, lagi-lagi KPK tetap berjalan lamban dan kelihatan pilih memilih dalam menetapkan tersangka, hingga menangkap mereka. Hingga saat ini beredar semacam romur (tapi lebih tepatnya isu, “bisa jadi, kenyataannya”) bahwa di dalam tubuh KPK sendiri telah terjadi perpecahan, bahkan Abraham Samad terlihat jalan sendiri.
Contoh kongkret dari itu adalah ketika KPK menetapkan Miranda Goeltom (Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia) sebagai tersangka Cek Pelawat DPR dan juga penetapan Anggelina Sondakh sebagai tersangka dalam kasus Wisma Atlet, dimana yang mengumumkannya hanyalah Abraham Samad (ketua KPK) sendiri, tanpa didampingi oleh pimpinan-pimpinan KPK yang lainnya, padahal itu adalah pengumuman penetapan tersangka kasus-kasus besar yang menghabiskan begitu besar anggaran Negara.
Dalam sebuah stasiun televisi, Prof. Dr. Amien Rais pernah bercerita, ketika Abraham Samad datang kepadanya dan bercerita bahwa di KPK dia tengah jalan sendiri. Abraham Samad menuturkan bahwa di KPK, sistem kepemimpinannya adalah Kolektif-Kolegial, dimana penetapan dan keputusan untuk dijadikan tersangka, saksi dan lainnya, harus disetujui oleh semua pimpinan KPK yang lainnya. Jadi, posisi ketua yang dia duduki, hanyalah sebagai simbol. Sehingga sangat sulit bagi Abraham Samad untuk secepat mungkin menetapkan oknum-oknum itu sebagai tersangka, dikarenakan pimpinan KPK yang lainnya yang ingin membuat kasus-kasus ini menjadi berjalan lamban.
Disini kita bertanya, apa sebenarnya yang salah dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi?, apa sebenarnya yang menjadi problem para penegak hukum dalam menyelesaikan kasus-kasus korupsi di negeri ini?. Buku ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Penulis ingin mengucapkan hormat dan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sri Bintang Pamungkas (penggagas Indonesia baru), Bapak Prof. Dr. Burhan U. (yang telah mengajarkan kepada penulis untuk selalu kritis dengan berbagai kritikan yang penulis lontarkan kepada penguasa). bapak Prof. (Em) Dr. R. M. Taufik Sri Soemantri M SH (ayah yang telah banyak memberikan pencerahan pemikiran bagi penulis), kanda Eko Prasetyo (yang telah banyak membantu penulis), Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar MA (Wakil Menteri Agama sekaligu Dirjen Bimas Islam, ayah yang telah banyak memberikan masukan dan pencerahan bagi penulis), Prof. Ahmad Erani Yustika (Guru besar Ekonomi Universitas Brawijaya), Prof. Jimly Asshiddiqie, Prof. Solahuddin Wahid, Prof. Mardjono Reksodiputro, Prof. Buhan Djabir Magenda, Prof. Qasim Mathar, Prof. Ambo Ala, Prof. Abdul Qadir Gassing, Prof. Hamdan Juhannis, Prof. Hamdani Anwar, Prof. Sudarwan Danim, Prof. Syamsuddin Haris, Prof. Veithzal Rifa’i, Prof. Umar Syihab, Dr. H. M. Ramli Haba, kanda M. Alfan Alfian M.Si, Dr. Yunarto Wijaya, Dr. Irman Putra Sidin, Drs. Darwis Muhdina, kanda M. Ridha Rasyid, dan lain sebagainya yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang semuanya adalah ayah dan kakak sekaligus guru bagi penulis, yang telah banyak memberikan konstribusi pemikiran bagi penulis dalam perkembangan kehidupan penulis.
Terkhusus lagi kepada  Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra SH.,M.Sc, Dr. Abraham Samad SH.,MH dan Prof. (Em) Dr. R. M. Taufik Sri Soemantri M SH, yang telah bersedia memberikan kata pengantar pada naskah buku ini, ditengah kesibukannya mengurus ketidakadilan yang menimpa bangsa ini.
Kepada teman-teman yang ada di IMM dan IPM Sulsel, kak Razikin Al-Ngali (Ketua umum DPD IMM Sulsel), dan lain- lain yang tidak mampu disebutkan satu persatu. Kepada teman-teman di HMI Sulawesi Selatan, LDK Al-Jami’ UIN Alauddin, KAMMI Sulsel, PMII dan IPNU kota Makassar, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Pemuda Muslim Indonesia (PMI), Pelajar Islam (PI), beserta gengnya masing-masing. Semoga masih tetap eksis dengan berbagai nilai-nilai keislaman masing-masing.
Teman-teman di Lembaga-lembaga dan Organisasi-organisasi Nasionalis, ada LMND, SMI. GAMKI, GMNI, GEMABUDHI, PERADAH, GEMAKU, KOMTAK, PuKAT- UGM Jogja, PuKAT- UIN Alauddin Makassar, PuKAP- Indonesia, MaPPI- UI Jakarta, Pemuda Pancasila, LSM DERAS- Jakarta, LSM PENJARA- Indonesia, Komunitas Pegiat Anti Korupsi (KOPAK)- Indonesia, DPP Gerakan Nasional Republik (GNR)- Indonesia, GARDA- Indonesia, DPP Peradin (organisasi Advokat Indonesia) dan lain sebagainya. Kitalah penggandrung sejarah baru yang lebih baik, maka lakukanlah yang terbaik untuk bangsa ini kedepannya. terkhusus kepada teman-teman di LSM PENJARA- Indonesia, DPP Peradin Indonesia, DPP GNR- Indonesia dan KOPAK– Indonesia, yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menakar nalar kritis penulis, mereka inilah penopang sejarah baru Indonesia. Majulah kedepan teman-teman, dunia sedang menanti kehadiran kita.  
Terkhusus kepada teman-teman DPP Peradin, ada kakanda Ropaun Rambe (Ketua Umum), dan juga teman-teman DPP GNR, ada Kakanda Dewa Senja (Ketua Umum), yang telah banyak memberikan masukan dan telah mau membantu menerbitkan naskah buku ini. Tetaplah bersemangat untuk menggebuki para mafia dan pelanggar hukum di negeri ini.
Kepada teman-teman yang ada Organisasi Lokal (Organda), Seperti Anak-anak Forum Intelektual Muda Bima- Indonesia, Al-Musafir Ngali, Komunitas Mahasiswa Bima (KMB), Himpunan Mahasiswa Bima (HMB), Forum Mahasiswa Lambu (Formal), Forum Mahasiswa Soromandi (Formasi), F-UMA IMBI, KMBJ, BOM-BJ, IMBI, KM-NTB dan lain sebagainya yang tidak mampu disebutkan satu persatu, semoga lebih baik dan lebih sukses. Organ-organ lokal di Bima, ALIANSINDO, Komunitas BABUJU’, The Frankfurt School, dan lain sebagainya.
Kepada teman-teman aktifis, Riska Permata Sari (Unindra Jakarta), Lita Rahmaliah (KMBJ), Raoda (STKIP), Sahrul Ramadhan (KMBJ), Masjidah (IKIP Mataram), Maryamah (UIN), Nurrahmaniah (Unismuh), Anhar (Unismuh), dan masih banyak lagi yang tidak mampu disebutkan satu persatu.
Khusus kepada Teman-teman Alumni SMA N 1 Belo beserta para Guru-guru yang selalu penuh dengan semangat baru dalam mengarungi kehidupan ini, yang selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak didiknya, terkhusus kepada Bapak Drs. Muh. Taslim S.Pd,.M.Pd (Kepala sekolah), Bapak M. Noer (Wakasek Kesiswaan), Pak Budiansyah, Ibu Zaitun, Ibu Nurmi, Ernawati (sahabat penulis), Roswaidah, Sri Komalasari, spesial buat Bunyamin, dan lain sebagainya yang tidak mampu disebutkan satu persatu. semoga tetap eksis dengan keIslaman masing-masing dan semoga sehat selalu.
Akhirnya, Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya sekaligus rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada kedua Orang Tua penulis ”JURDI(Almarhum) dan ”IMROH”, Penulis sangat berterima kasih kepada kedua Orang Tua penulis yang sampai detik ini masih membiayai pendidikan penulis, sehingga penulis dapat melanjutkan studi sampai pada perguruan tinggi, tanpa mereka penulis mungkin tidak akan ada di dunia ini, saya sangat bangga dan sangat bersyukur karena Allah SWT telah melahirkan penulis dalam keluarga yang, biasa penulis sebut dengan keluarga yang doktrin agamanya kuat.
Kepada kakak-kakak penulis Kak Sitaman Jurdi dan Kak Natsir, beserta pasukannya Sari dan Bimo, Kak Dr. Syarifuddin Jurdi dan Kak Salma Amda, beserta pasukannya Salsabilah dan Ahmad Mutawaqqil, Kak Heriman Jurdi dan Kak Fuji, beserta pasukannya Abdul Gafur dan M. Maulana Mautul Akbar, Kak Dr. Fajlurrahman Jurdi dan Kak Hadijah, Kak Halimah Jurdi. Serta adik-adik penulis yang paling penulis sayangi ada Furqan Jurdi, Nur Hadiah Jurdi dan Muhammad Al-Amien Jurdi. Mereka inilah yang menjadi inspirasi sekaligus motivator bagi penulis, Bercita-citalah untuk menjadi orang besar di negeri ini dan bercita-citalah untuk menjadi penulis yang handal, yang mampu mentransformasikan ide dalam bentuk tulisan dan mampu menghajar pemimpin yang bersifat inlander serta mampu membuatnya pincang di pentas politik. Kepada nenek yang sangat penulis sayangi dan sangat penulis rindukan INA NDO yang selalu merindukan penulis, beliaulah yang selalu mengajarkan penulis untuk selalu patuh dan taat kepada kedua orang tua dan selalu mengajarkan penulis untuk selalu patuh dan taat kepada Allah SWT. 
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada pihak penerbit yang telah mau menerbitkan naskah ini dengan berbagai kekurangannya, penulis sangat berterima kasih.  
Penulis sangat sadar dengan naskah yang ada di tangan pembaca ini yang masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa, maka dari itu penulis sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik dari pembaca, karena yang paling kritis untuk memberikan saran, masukan dan kritikan adalah pembaca, dengan itu saya sangat mengharapkannya, demi kesempurnaan tulisan yang selanjutnya.
Dan semoga naskah ini dapat bernilai ibadah disisi Allah swt. Amiiin...!!!!!!!

Wassalam
Citayam,  20 Desember 2011

Fatahullah Jurdi
Penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar