KATA PENGANTAR
Korupsi adalah sesuatu yang sangat sensitif untuk dibicarakan dalam konteks
kehidupan bangsa Indonesia saat ini. Sehingga apapun yang berkaitan dengan
korupsi, selalu membawa respon yang berlebihan dari masyarakat. Begitu juga
dengan beberapa kasus besar saat ini. Misalnya, kasus korupsi Pajak yang
dilakukan oleh oknum-oknum pegawai pajak, yang tersangkanya seperti Gayus
Halomoan Tambunan dan Danang Widyamitka yang baru-baru ini ditangkap oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), begitu pula dengan kasus-kasus besar lainnya
seperti kasus Mega-korupsi Bank Century, kasus cek pelawat DPR Bank Indonesia,
kasus Wisma Atlet dan Hambalang yang tengah menyeret hampir semua elit Partai
Demokrat, hingga menyeret nama Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Tidak sedikit masalah yang ditimbulkan oleh korupsi pada saat ini, hingga
membuat kancah perpolitikan dan bernegara di negeri ini kian mencekam, mulai
dari korupsi anggaran Negara yang bermilyar-milyaran rupiah hingga korupsi
waktu dan tempat, terus menjadi sorotan utama media dan publik. Sehingga begitu
sensitif dan akan sangat cepat menjadi pembicaraan ramai dalam kehidupan
masyarakat. Apapun bentuk yang namanya penyelewengan, selalu menjadi kasus yang
khalayak sangat ramai dikalangan masyarakat, dan tidak sedikit masalah korupsi
juga yang belum disorot oleh mereka, dikarenakan kesibukan mereka menyoroti
korupsi yang lainnya.
Korupsi yang sangat hangat dibicarakan sekarang ini, adalah kasus korupsi
Wisma Atlet dan Hambalang yang tersangka utamanya adalaha M. Nazaruddin (mantan
bendahara umum Partai Demokrat), yang menyeret hampir semua nama elit Demokrat
lain, mulai dari kader biasa Demokrat hingga menteri dan ketua Fraksi DPR RI
dari Demokrat, hingga yang gencar disebut saat-saat ini adalah nama ketua Umum
Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Hingga baru-baru ini sang ketua umum
mengatakan “apabila saya benar melakukan
korupsi, meski serupiah, maka saya siap untuk ditembak mati dan digantung di
Monas”, pernyataan yang banyak sekali mengundang kritik dan sorotan dari
berbagai pihak, mulai dari pengamat, pakar, hingga masyarakat awam.
Selain kasus itu, kasus yang belum selesai hingga sekarang juga adalah
kasus mega-korupsi Bank Century dan juga kasus korupsi Cek Pelawat DPR dari
Bank Indonesia. Untuk kasus Mega- korupsi Bank Century, berakhir dengan
menghilangnya mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, begitu pula dengan
kasus Cek Pelawat DPR, yang hampir hilang dengan ditetapkannya mantan Deputi
Senior Gubernur Bank Indonesia Miranda Goeltom sebagai tersangka.
Berbagai kasus ini belum menemukan titik terang untuk segera diakhiri,
yakni dengan memberikan keadilan yang seadil-adilnya kepada pelaku, itulah yang
diharapkan banyak kalangan terutama masyarakat yang selalu berharap keadilan.
Akan tetapi, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya. Entah masalahnya yang
terlalu besar atau karena para penegak hukum yang terlalu lamban dalam
mengumpulkan bukti untuk mengadili mereka. Itu adalah pertanyaan besar yang
belum terjawab hingga saat ini.
Banyak pula yang menanyakan tentang keseriusan lembaga pemberantas korupsi
untuk sesegera mungkin menyelesaikan kasus-kasus korupsi di Indonesia, yang
kian hari kian menambah.
Ada semacam harapan besar dari masyarakat untuk menuntaskan kasus-kasus
besar tindak pidana korupsi yang sedang menjangkiti hampir semua lini kehidupan
bangsa ini, ketika seorang Abraham Samad terpilih menjadi ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (selanjutnya disebut KPK) untuk menyelesaian persoalan
korupsi bangsa ini (Abraham Samad berjanji kepada seluruh rakyat Indonesia
“apabila kepemimpinannya tidak mampu menyelesaikan kasus-kasus besar dalam
setahun, maka dia siap untuk kembali ke Makassar”). Akan tetapi, lagi-lagi KPK
tetap berjalan lamban dan kelihatan pilih memilih dalam menetapkan tersangka,
hingga menangkap mereka. Hingga saat ini beredar semacam romur (tapi lebih
tepatnya isu, “bisa jadi, kenyataannya”) bahwa di dalam tubuh KPK sendiri telah
terjadi perpecahan, bahkan Abraham Samad terlihat jalan sendiri.
Contoh kongkret dari itu adalah ketika KPK menetapkan Miranda Goeltom (Deputi
Senior Gubernur Bank Indonesia) sebagai tersangka Cek Pelawat DPR dan juga
penetapan Anggelina Sondakh sebagai tersangka dalam kasus Wisma Atlet, dimana
yang mengumumkannya hanyalah Abraham Samad (ketua KPK) sendiri, tanpa
didampingi oleh pimpinan-pimpinan KPK yang lainnya, padahal itu adalah
pengumuman penetapan tersangka kasus-kasus besar yang menghabiskan begitu besar
anggaran Negara.
Dalam sebuah stasiun televisi, Prof. Dr. Amien Rais pernah bercerita,
ketika Abraham Samad datang kepadanya dan bercerita bahwa di KPK dia tengah
jalan sendiri. Abraham Samad menuturkan bahwa di KPK, sistem kepemimpinannya
adalah Kolektif-Kolegial, dimana penetapan dan keputusan untuk dijadikan
tersangka, saksi dan lainnya, harus disetujui oleh semua pimpinan KPK yang
lainnya. Jadi, posisi ketua yang dia duduki, hanyalah sebagai simbol. Sehingga
sangat sulit bagi Abraham Samad untuk secepat mungkin menetapkan oknum-oknum
itu sebagai tersangka, dikarenakan pimpinan KPK yang lainnya yang ingin membuat
kasus-kasus ini menjadi berjalan lamban.
Disini kita bertanya, apa sebenarnya yang salah dalam penegakan hukum
terhadap tindak pidana korupsi?, apa sebenarnya yang menjadi problem para
penegak hukum dalam menyelesaikan kasus-kasus korupsi di negeri ini?. Buku ini
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Penulis ingin mengucapkan hormat dan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sri Bintang Pamungkas (penggagas Indonesia baru),
Bapak Prof. Dr. Burhan U. (yang telah mengajarkan kepada penulis untuk selalu
kritis dengan berbagai kritikan yang penulis lontarkan kepada penguasa). bapak
Prof. (Em) Dr. R. M. Taufik Sri Soemantri M SH (ayah yang telah banyak memberikan pencerahan
pemikiran bagi penulis),
kanda Eko Prasetyo (yang telah banyak membantu penulis), Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar MA (Wakil Menteri
Agama sekaligu Dirjen Bimas Islam, ayah yang telah banyak memberikan masukan
dan pencerahan bagi penulis), Prof. Ahmad Erani Yustika (Guru besar Ekonomi
Universitas Brawijaya), Prof. Jimly Asshiddiqie, Prof. Solahuddin Wahid, Prof. Mardjono
Reksodiputro, Prof. Buhan Djabir Magenda, Prof. Qasim Mathar, Prof. Ambo Ala,
Prof. Abdul Qadir Gassing, Prof. Hamdan Juhannis, Prof. Hamdani Anwar, Prof.
Sudarwan Danim, Prof. Syamsuddin Haris, Prof. Veithzal Rifa’i, Prof. Umar
Syihab, Dr. H. M. Ramli Haba, kanda M. Alfan Alfian M.Si, Dr. Yunarto Wijaya,
Dr. Irman Putra Sidin, Drs. Darwis Muhdina, kanda M. Ridha Rasyid, dan lain sebagainya yang tidak mampu
penulis sebutkan satu persatu, yang semuanya adalah ayah dan kakak sekaligus guru bagi penulis, yang telah banyak memberikan konstribusi
pemikiran bagi penulis dalam perkembangan kehidupan penulis.
Terkhusus lagi kepada Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra SH.,M.Sc, Dr.
Abraham Samad SH.,MH dan Prof. (Em) Dr. R. M. Taufik Sri Soemantri M SH, yang
telah bersedia memberikan kata pengantar pada naskah buku ini, ditengah
kesibukannya mengurus ketidakadilan yang menimpa bangsa ini.
Kepada teman-teman yang ada di IMM dan IPM Sulsel, kak Razikin Al-Ngali (Ketua umum DPD IMM
Sulsel), dan lain- lain yang tidak mampu disebutkan satu persatu. Kepada
teman-teman di HMI Sulawesi
Selatan, LDK Al-Jami’ UIN
Alauddin, KAMMI Sulsel, PMII dan IPNU kota Makassar, Gerakan
Pemuda Islam Indonesia (GPII), Pemuda Muslim Indonesia (PMI), Pelajar Islam (PI), beserta gengnya masing-masing. Semoga masih tetap
eksis dengan berbagai nilai-nilai keislaman masing-masing.
Teman-teman di Lembaga-lembaga dan Organisasi-organisasi Nasionalis, ada LMND, SMI. GAMKI,
GMNI, GEMABUDHI, PERADAH, GEMAKU, KOMTAK, PuKAT- UGM Jogja, PuKAT- UIN Alauddin
Makassar, PuKAP- Indonesia, MaPPI- UI Jakarta, Pemuda
Pancasila, LSM DERAS-
Jakarta, LSM PENJARA- Indonesia, Komunitas Pegiat Anti Korupsi (KOPAK)- Indonesia, DPP Gerakan Nasional Republik (GNR)-
Indonesia, GARDA- Indonesia, DPP Peradin (organisasi
Advokat Indonesia) dan lain
sebagainya. Kitalah penggandrung sejarah baru yang lebih baik, maka lakukanlah
yang terbaik untuk bangsa ini kedepannya. terkhusus kepada teman-teman di LSM PENJARA- Indonesia, DPP Peradin Indonesia, DPP GNR-
Indonesia dan KOPAK– Indonesia, yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam menakar nalar kritis penulis, mereka inilah penopang sejarah baru Indonesia.
Majulah kedepan teman-teman, dunia sedang menanti kehadiran kita.
Terkhusus kepada teman-teman DPP Peradin, ada
kakanda Ropaun Rambe (Ketua Umum), dan juga teman-teman DPP GNR, ada Kakanda
Dewa Senja (Ketua Umum), yang telah banyak memberikan masukan dan telah mau
membantu menerbitkan naskah buku ini. Tetaplah bersemangat untuk menggebuki para
mafia dan pelanggar hukum di negeri ini.
Kepada teman-teman yang ada Organisasi Lokal
(Organda), Seperti Anak-anak Forum Intelektual Muda Bima- Indonesia, Al-Musafir Ngali, Komunitas Mahasiswa Bima (KMB),
Himpunan Mahasiswa Bima (HMB), Forum Mahasiswa Lambu (Formal), Forum Mahasiswa Soromandi
(Formasi), F-UMA IMBI, KMBJ,
BOM-BJ, IMBI, KM-NTB dan lain
sebagainya yang tidak mampu disebutkan satu persatu, semoga lebih baik dan
lebih sukses. Organ-organ lokal di Bima, ALIANSINDO, Komunitas BABUJU’, The
Frankfurt School, dan lain sebagainya.
Kepada teman-teman aktifis, Riska Permata Sari
(Unindra Jakarta), Lita Rahmaliah (KMBJ), Raoda (STKIP), Sahrul Ramadhan
(KMBJ), Masjidah (IKIP Mataram), Maryamah (UIN), Nurrahmaniah (Unismuh), Anhar
(Unismuh), dan masih banyak lagi yang tidak mampu disebutkan satu persatu.
Khusus kepada Teman-teman Alumni SMA N 1 Belo
beserta para Guru-guru yang selalu penuh dengan semangat baru dalam mengarungi
kehidupan ini, yang selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak didiknya,
terkhusus kepada Bapak Drs. Muh. Taslim S.Pd,.M.Pd (Kepala
sekolah), Bapak M. Noer (Wakasek Kesiswaan), Pak Budiansyah, Ibu Zaitun, Ibu
Nurmi, Ernawati (sahabat penulis), Roswaidah, Sri Komalasari, spesial buat
Bunyamin, dan lain sebagainya yang tidak mampu disebutkan satu persatu. semoga
tetap eksis dengan keIslaman masing-masing dan semoga sehat selalu.
Akhirnya, Penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan yang setulus-tulusnya sekaligus rasa hormat yang
setinggi-tingginya kepada kedua Orang Tua penulis ”JURDI” (Almarhum)
dan ”IMROH”, Penulis sangat berterima kasih kepada kedua Orang Tua
penulis yang sampai detik ini masih membiayai pendidikan penulis, sehingga
penulis dapat melanjutkan studi sampai pada perguruan tinggi, tanpa mereka
penulis mungkin tidak akan ada di dunia ini, saya sangat bangga dan sangat
bersyukur karena Allah SWT telah melahirkan penulis dalam keluarga yang, biasa
penulis sebut dengan keluarga yang doktrin agamanya kuat.
Kepada kakak-kakak penulis Kak Sitaman
Jurdi dan Kak Natsir, beserta pasukannya Sari dan Bimo, Kak Dr. Syarifuddin Jurdi dan Kak Salma Amda, beserta pasukannya Salsabilah
dan Ahmad Mutawaqqil, Kak Heriman Jurdi
dan Kak Fuji, beserta pasukannya Abdul Gafur dan M. Maulana Mautul Akbar, Kak Dr. Fajlurrahman Jurdi dan
Kak Hadijah, Kak Halimah
Jurdi. Serta adik-adik penulis yang paling penulis sayangi ada Furqan Jurdi, Nur Hadiah Jurdi dan Muhammad
Al-Amien Jurdi. Mereka inilah yang menjadi inspirasi sekaligus motivator
bagi penulis, Bercita-citalah untuk menjadi orang besar di negeri ini dan
bercita-citalah untuk menjadi penulis yang handal, yang mampu
mentransformasikan ide dalam bentuk tulisan dan mampu menghajar pemimpin yang
bersifat inlander serta mampu membuatnya pincang di pentas politik.
Kepada nenek yang sangat penulis sayangi dan sangat penulis rindukan INA NDO yang selalu merindukan
penulis, beliaulah yang selalu mengajarkan penulis untuk selalu patuh dan taat
kepada kedua orang tua dan selalu mengajarkan penulis untuk selalu patuh dan
taat kepada Allah SWT.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada
pihak penerbit yang telah mau menerbitkan naskah ini dengan berbagai
kekurangannya, penulis sangat berterima kasih.
Penulis sangat sadar dengan naskah yang ada di tangan pembaca ini yang
masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis adalah manusia biasa yang tidak
luput dari kesalahan dan dosa, maka dari itu penulis sangat mengharapkan
masukan, saran dan kritik dari pembaca, karena yang paling kritis untuk
memberikan saran, masukan dan kritikan adalah pembaca, dengan itu saya sangat
mengharapkannya, demi kesempurnaan tulisan yang selanjutnya.
Dan semoga naskah
ini dapat bernilai ibadah disisi Allah swt. Amiiin...!!!!!!!
Wassalam
Citayam, 20 Desember 2011
Fatahullah
Jurdi
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar