SEBUAH PENGKHIANATAN ELIT POLITIK: KAJIAN TERHADAP KOALISI KE”GILA”AN.
FATAHULLAH JURDI
Peneliti PuKAP Bidang Kajian Politik Islam, Aktifis IMM Sulsel, Aktifis HMI Cabang Gowa Raya Dan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat UIN Alauddin Makassar
Sekarang kita sedang ramai-ramainya, menyaksikan sebuah dramatisasi yang dilakukan oleh para elit kita. Dimana mereka mencerminkan sifat-sifat binal yang sangat busuk dan dengan penuh kedustaan. Kita yang sedang kebingungan untuk mencari sosok pemimpin yang akan melanjutkan sifat kepemimpinan yang telah dicerminkan oleh Rasulullah Sang tauladan bagi semua mahluk Tuhan, sehingga mampu melahirkan sebuah peradaban yang mendahului zamannya sebagaimana pengakuan dari Robert N. Bellah dalam Beyond Belief. Dia sangat mengakui kepemimpinannya Nabi Muhammad saw, beliau adalah sosok pemimpin yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah kemanusiaan.
Beliau telah mencerminkan beberapa kriteria pemimpin yang baik, yang dapat dijadikan sebagai tauladan dan yang mampu membawa masyarakatnya, menjadi masyarakat yang adil, sejahtera, dan damai, yakni: Pertama, Bertakwa Kepada Allah SWT, Kedua, Siddiq, Ketiga, Tabligh, Keempat, Fathonah, Kelima, Amanah, Keenam, Adil, Ketujuh, Bersahaja (Fajlurrahman Jurdi, 2007; 87-91).
Kalau kita kaji dalam konteks Indonesia, kita tidak akan pernah menemukan sosok pemimpin yang memiliki salah satu saja sifat kepemimpinan yang dicerminkan oleh Nabi Saw di atas, para calon pemimpin atau Capres Indonesia sekarang tidak ada yang masuk dalam kriteria kepemimpinan ini. Seandainya para pemimpin kita memiliki apa-apa yang menjadi kriteria kepemimpinan yang telah dicerminkan oleh Rasulullah diatas. Saya yakin bahwa kepemimpinan Indonesia sekarang akan menjadi sistem kepemimpinan tauladan bagi Negara-negara lain. Akan tetapi, para pemimpin Indonesia sekarang justeru mencerminkan sifat ke”Yahudi”an, bukan sifat Islami. Biarpun mereka itu mengatakan diri orang Islam, mereka tetap saya katakan sebagai Yahudi-yahudi baru yang tampil di pentas politik dengan membawa-bawa nama Islam, dan di sini mereka menjadikan Islam ini sebagai kendaraan berpolitik, dan supaya mereka mendapatkan tiket kepentas politik.
Inilah sifat yang dicerminkan oleh beberapa aktor yang bergulet di beberapa Partai Politik yang menamakan diri Partai Politik yang berasaskan Islam, akan tetapi mereka tidak pernah mencerminkan sifat keislaman mereka. Mereka melakukan koalisi (yang sebenarnya bukan koalisi, akan tetapi perselingkuhan binal) dengan Partai-partai yang berideologikan Sekuler dan juga Liberal. Inilah drama ke”gila”an yang cukup membuat mata dan telinga kita bernanah.
Kepemimpinan Indonesia sekarang adalah kepemimpinan yang sangat busuk dan penuh dengan janji-janji palsu, sekarang mereka melakukan koalisi, hari ini berjanji akan berkoalisi dengan partai A, besoknya datang lagi ke partai B dan berjanji untuk berkoalisi lagi dan sama persis dengan anak-anak muda sekarang yang selalu gonta-ganti pasangan, misalnya hari ini dengan si A besoknya lagi dengan si B, inilah adalah sifat-sifat ke”yahudi”an yang mereka cerminkan, inilah sifat manusia yang selalu mencerminkan sifat binal yang ganas yang mampu memurtadkan umat, jangan pernah memilih orang-orang yang memiliki sifat yang seperti ini, sebab mereka sama seperti Bunglon, ketika mereka ada satu tempat yang lain mereka berubah wujud, inilah pemerintah yang tidak konsisten yang harus kita takuti untuk memimpin suatu bangsa, apalagi bangsa yang sedang bermasalah seperti Indonesia. Sebab pemimpin Indonesia sekarang adalah kumpulan dari orang-orang yang oleh Amien Rais, dikatakan sebagai orang-orang yang bermental Inlander, mereka adalah orang-orang bejat yang tidak memiliki rasa kasihan terhadap rakyat yang akan menanggung semua perlakuannya. Inilah sifat orang-orang yang tidak bertanggung-jawab atas apa yang dilakukannya kepada Negara ini dan juga kepada rakyat yang menanggung semua beban. Jangan pernah membiarkan mereka merampas semua yang kita punya, rebut dan tumbangkan mereka, supaya tidak ada lagi antek-antek yang akan berkuasa dengan semena-mena dan menginjak kita, tanpa mau menerima masukan dari kita yang akan menjadi korban.
Kepemimpinan Indonesia sekarang adalah kepemimpinan tanpa Nurani (bukan Partai HANURA). Mereka mengatakan koalisi, dimana mereka mengatakan bahwa, dengan adanya koalisi ini, maka mereka akan dapat memperbincangkan tentang bagaimana perdamaian, kesejahteraan, dan keadilan dalam masyarakat, justeru sangat jauh dari yang selalu mereka umbar-umbar di depan publik yang banyak, yakni semakin membuat hak-hak rakyat ini selalu dirampas dan ditindas dan inilah arti dari koalisi yang selalu mereka perbincangkan sekarang. Mereka mengatakan inilah proses pendidikan politik bagi masyarakat bawah yang belum terlalu paham tentang politik. Padahal justeru dengan adanya koalisi (lebih saya namakan dengan perselingkuhan binal) ini membuat rakyat semakin bingung dengan yang namanya politik. Mereka selalu bertanya, apakah politik ini adalah hal yang sangat kotor? Atau justeru adalah hal yang harus kita ketahui?, saya menjawab pertanyaan seperti ini cukup singkat dan mungkin sangat jelas yakni politik Indonesia sekarang adalah politik kotor yang sangat kotor, disamping politiknya yang kotor, orang-orang yang bergulet di dalamnya-pun sangat kotor dan sangat menjijikkan untuk kita sebut-sebut. Sebab mereka hanya menginginkan kekuasaan, tanpa melihat dan bertanya dulu sama diri sendiri, apakah saya mampu mengemban amanah yang akan diberikan kepada saya atau tidak? Inilah pertanyaan utama yang harus anda lontarkan ketika anda ingin mencalonkan diri menjadi pemimpin dalam suatu Bangsa dan Negara. Saya ingin memberikan sebuah alternatif yang menurut saya adalah sangat relevan yakni, ”JIKA SEMUA CALON PEMIMPINMU ITU DUSTA DAN BUSUK, MAKA CARILAH YANG SIFAT KEBURUKANNYA DAN KEDUSTAANNYA LEBIH SEDIKIT UNTUK MENJADI PEMIMPINMU” dan ”Jangan Mengambil Pemimpin Dari Golongan Yahudi Dan Nasrani”, ini disebutkan dalam Al-Qur’an sendiri oleh Allah Swt. Seperti itulah ketika kita memilih pemimpin yang akan memimpin Indonesia ini kedepan. Yang sudah kita ketahui busuknya ”ga usah lagi dipilih, malah harus ditumbangkan, bila perlu di bumi hanguskan saja, biar tidak menciptakan manusia-manusia busuk lagi”.
Semua partai Islam sekarang telah meleburkan diri dalam konteks politik keyahudian yang sangat di benci oleh umat Islam, contohnya PKS, PPP, PBB, PKNU, dan PMB, Partai-partai ini sekarang seperti tikus dan kucing yang tidak pernah akur, baik dalam hal keagamaan dan lebih-lebih dalam hal kekuasaan, mereka tidak pernah membicarakan bagaimana mensejahterakan rakyat, yang mereka bicarakan hanyalah kepentingan-kepentingan kelompoknya belaka, tanpa melihat rakyat yang telah memberikan kepercayaan atau amanah kepadanya. Ini hanyalah sebuah perselingkuhan binal demi untuk mencapai hasrat kekuasaannya, mereka tidak bisa lagi membedakan antara yang Islam dengan yang bukan Islam, yang mereka kepentingkan adalah hasrat kekuasaannya terpenuhi meski dengan menjual akidahnya. Dan ini sangatlah di kecam oleh Fajlurrahman Jurdi dalam bukunya “Aib Politik Islam” (PuKAP-Indonesia, 2009), dimana elit Islam sekarang tidak bisa lagi membedakan mana yang Islami dan bukan Islami, yang ada hanyalah kekuasaan semata.
Inilah konflik gila yang dicerminkan oleh mereka yang akan memimpin Negara yang memang sudah antah-barantah ini. Sebenarnya orang-orang seperti ini tidak layak untuk memimpin sebuah Negara, apalagi Negara yang masih dalam proses Transisi. Sebab, ketika mereka memimpin, mereka tidak lagi memperbincangkan tentang bagaimana Bangsa dan Negara ini kedepan, yang mereka perbincangkan adalah bagaimana kelompok mereka bisa memimpin semua sektor pemerintahan yang ada. Dan mereka lebih cenderung memperhatikan tentang bagaimana saya bisa memperkaya diri saya dan kelompok saya.
Ini hanyalah sebuah keresahan saya terhadap keadaan politik yang sedang terjadi sekarang. Janganlah menjadi pemimpin yang bermental Inlander, jadilah pemimpin yang jantan yang selalu menentang masuknya korporasi asing yang akan menguasai Negara dan jadilah pemimpin yang akan terus melawan bahkan membumihanguskan orang-orang yang tidak bertanggung-jawab atau para Koruptor JAHANNAM. Jangan hanya berjanji-janji dan mengumbar-umbar janji-janji dusta, jadilah orang baik-baik yang selalu berbuat baik dan selalu takut terhadap adanya hari akhir yang akan menghukumi kita nanti. GEMA KEBANGKITAN BAGI INDONESIA YANG LEBIH MAJU DAN LEBIH BERADAB. (Wallahu a’lam bishowab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar