AMERIKA DAN KEJAHATANNYA
Menurut
Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies, dalam bukunya; ”Mengapa Orang
Membenci Amerika?” (Why Do People Hate America?), mereka
menjelaskan, bagaimana sebuah Negara Adidaya dan sekarang sudah beralih profesi
menjadi Negara Super Power dan bahkan sekarang mereka sudah menamakan diri
sebagai polisi dunia, yakni yang akan menjaga perdamaian dunia yang bernama
Amerika Serikat mengumpulkan kekayaan atau biasa kita sebut dengan Negeri Paman
Syam, itu karena saking majunya teknologi dan saking kayanya Negara ini. Akan
tetapi mereka mengumpulkan kekayaan dunia ini dengan lewat Delapan jenis manipulasi[1]:
1)
Selama
ini Amerika Serikat membiayai pertumbuhan domestiknya lewat tabungan
bangsa-bangsa lain di dunia. Semenjak amerika meninggalkan standar emas yang
dulu ia kuasai, dan sekarang amerika telah memetik keuntungan sebagai pemimpin
kurs mata uang. Ini berarti bahwa mereka diuntungkan dari menerbitkan dollar untuk digunakan
diseluruh dunia. Mereka juga diuntungkan dari hak untuk menetapkan suku bunga
demi kepentingan domestiknya sendiri dari pada
untuk kepentingan global. Dampaknya negatifnya dirasakan ketika amerika
serikat meningkatkan suku bunga yang begitu tinggi sekali, sehingga
mengakibatkan jatuhnya keuangan Mexico dan dimulainya krisis utang, yang
memukul Negara-negara yang lebih miskin. Sejak saat itulah banyak sekali
negara-negara yang terjebak kedalam perangkap utang termasuk Indonesia.
2)
Amerika
Serikat menyangkal telah mengendalikan pereokonomian lebih dari dua pertiga dan
bahkan setengah dari dunia ini. Sebagian besar bangsa-bangsa di dunia tidak
mempunyai suara di IMF dan kecil kekuasaannya untuk menginisiatifkan perubahan
yang positif di WTO (World Trade Organization atau Badan Perdagangan Dunia)...
umpamanya, setelah krisis ekonomi Asia Tenggara, IMF memaksakan syarat terhadap
Thailand, Korea Selatan (termasuk Indonesia) bahwa mereka harus membuka
kepemilikan asing lebih besar dalam syarat perekonomian mereka—atas tuntutan
Amerika...lewat syarat-syarat pinjaman seperti itu, bisnis dan perusahaan
teknologi Amerika menjadi pemilik tunggal atau sebagian dari Bank-bank,
lembaga-lembaga keuangan dan sektor-sektor teknologi kunci di negara-negara
berkembangan.
3)
Amerika
menafsirkan ’liberalisasi perdagangan’ sebagai satu arah, membuka akses bagi
perusahan-perusahaan multinasional serta bisnis Amerika (ke negara-negara
berkembang), dibawah kesepakatan WTO tentang agrikultur dan program-program
penyesuaian struktural yang dipaksakan oleh Bank Dunia/IMF, negara-negara
berkembang harus mengadakan perubahan-perubahan besar dalam kebijakan pangan
serta egrikultur mereka, dan membuka perekonomian mereka bagi impor makanan
murah, sambil mengurangi dan membatasi dukungan terhadap petani-petani mereka
sendiri.
4)
Amerika
Serikat mempromosikan jenis ”kebebasan ekonomi” yang sesungguhnya menghancurkan
kebebasan ekonomi orang miskin. Dan hal ini telah terjadi dinegara-negara
berkembang yang tempatnya terjepit; disatu pihak, ini membuka lahan untuk
bisnis-bisnis yang berteknologi tinggi yang Amerika sendiri masuk dalam
lingkaran tersebut, dengan adanya hal tersebut yang membuat Amerika untuk masuk
secara bebas dan menangkap pasar dunia dan bahkan Amerika saat ini telah
menguasai pasar dunia.
Dan dilain pihak, Amerika telah menghambat
upaya-upaya negara berkembang untuk meningkatkan produk serta ekspor mereka
sendiri, sekaligus menghambat mereka untuk memasuki pasar Amerika. Inilah yang
di kenal sebagai perekonomian pasar bebas...yang demikian agresif dipromosikan
oleh WTO dan IMF itu, tidak lebih daripada perampasan yang hanya menguntungkan
yang kaya dan semakin membuat miskin yang memang sebelumnya miskin, sekaligus
menbuat yang miskin menjadi semakin rentan terhadap ketidak-pastian makan.
Sebagai akibat dari kebijakan dan pembaptisan yang dilakukan oleh Amerika,
dalam satu harinya di bawah arus Globalisasi, negara-negara miskin mengalami
kerugian hampir US$ 2 milyar akibat dari perdagangan internasional yang
terkendali, sehingga membuat 30. 000 jiwa anak-anak meninggal dunia karena
penyakit-penyakit yang seharusnya dapat dicegah, dan US$ 60 juta terkuras dari
negara miskin ke negara kaya dalam bentuk hutang
Indonesialah yang sekarang menjadi bukti nyata
dari hal tersebut, memang negara Indonesia ini adalah negara yang sangat bodoh,
bukan penduduknya yang bodoh,akan tetapi penguasa yang memimpin Indoensia
inilah yang sangat bodoh. Karena mereka tidak tahu mana yang baik dan mana yang
buruk, mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri tanpa melihat apa yang
sedang di alami oleh rakyat tempat mereka pimpin. Dan apa yang dikatakan oleh
Amien Rais, bahwa pemerintah Indonesia sekarang ini adalah pemerintah yang
bersifat Inlander (masih bermental primitif atau masih bermental budak
ataupun terjajah) Indonesia masih merasa bahwa mereka masih berada pada saat
mereka dijajah kaum kolonialisme dan pemimpin Indonesia adalah pemimpin yang
bermental terjajah. Indonesia sendiri adalah salah satu negara yang tidak bisa
belajar dari sejarah akan tetapi mereka memotong sejarah, yang pada akhirnya
mereka kembali pula kepada sejarahnya Indonesia, yakni sebagai negara yang
dijajah oleh para kolonialisme dan Indonesia pada saat ini masih berada pada
masa lalu yakni masa dimana Indonesia dijajah oleh para penjarah Sumber Daya
Alam.
5)
Amerika
Serikat secara sistematis menghambat upaya-upaya Negara berkembang yang paling
payah untuk memerangi kemiskinan dan paling payah dalam mempertahankan
kelangsungan hidup penduduk-nya, yang oleh Amerika itu dibuat rencana untuk
menghambat dan supaya negara miskin ini tidak dapat bertahan hidup dan supaya
negara miskin ini mengemis kepada negara yang diberi gelar dengan negara adi
daya atau negara super power. Negara ini telah menjadi negara
penindas sekaligus sebagai negara yang akan cepat punah karena akan selalu
dimusuhi oleh negara lain. Amerika memberlakukan tarif-tarif yang luar biasa
(tinggi) atas barang-barang yang menjadi pertanian kunci seperti; beras, gula,
dan kopi, atas kelapa, umpamanya, Amerika memberlakukan tarif yang lebih dari
100%. Pembatasan-pembatasan perdagangan ini membuat negara-negara yang lebih
miskin didunia harus membayar US$ 2,5 milyar per tahun-nya karena kerugian
dalam pertukaran kurs mata uang.
6)
Amerika
Serikat menipu Negara-negara berkembang yang paling payah, sehingga meningkatkan
kemiskinannya. Renungkanlah umpamanya, bagaimana Undang-undang pertumbuhan dan
peluang Afrika (AGOA), yang diberlakukan menjadi Undang-undang oleh presiden
George W. Bush pada Bulan Oktober 2001, menipu negara-negara Afrika. AGOA
seharusnya dimaksudkan untuk memberikan perekonomian Afrika akses bebas bea
masuk bagi produk mereka ke pasar Amerika sebagai imbalan atas konsesi tertentu
bagi Amerika serta perusahan-perusahannhya.
7)
Amerika
Serikat telah secara konsisten berupaya menurunkan harga-harga komoditi di
negara berkembang. Anti iflasi seharusnya merupakan salah satu kunci sukses
perekonomian Amerika selama dekade terakhir. Tetapi, penyumbang utama terhadap
rendahnya inflasi selama ini adalah penurunan yang konsisten dalam harga-harga
komoditi, yang diekspor oleh negara-negara pengutang, yakni oleh WTO dan IMF di
dorong untuk mengekspor sebagai cara untuk melunasi utang. Bagi banyak produk seperti teh, kopi dan
kacang-kacangan, kelebihan suplai negara-negara yang berutang telah sedemikian
rupa sehingga ekspor yang meningkat dari Afrika malah mendatangkan hasil
keseluruhan yang lebih rendah.
8)
Akan
tetapi semua itu masih belum cukup juga, yang kemudian Amerika memaksakan
langkah-langkah ekonomi Unilateral (ekonomi satu arah), yang dikenal sebagai ”sanksi”
secara teratur. Selama 80 tahun terakhir, sanksi-sanksi yang seperti itu telah
dipaksakan terhadap berbagai Negara 120
kesempatan, 104 di antaranya adalah semenjak perang Dunia II. Pada tahun 1998
saja, Amerika telah memberikan sanksi terhadap 75 negara, yang mencakup 25%
dari penduduk dunia.
[1]
Ziauddin sardar dan Merryl Wyn Davies, ”Mengapa Orang Membenci Amerika? (Why Do
People Hate Amerika?), Batam, Classic Press, Hlm: 132-144.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar