Jumat, 02 Desember 2011

Amerika Negara Pongah Yang Super Jahat


 AMERIKA DAN KEJAHATANNYA 

Menurut Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies, dalam bukunya; ”Mengapa Orang Membenci Amerika?” (Why Do People Hate America?), mereka menjelaskan, bagaimana sebuah Negara Adidaya dan sekarang sudah beralih profesi menjadi Negara Super Power dan bahkan sekarang mereka sudah menamakan diri sebagai polisi dunia, yakni yang akan menjaga perdamaian dunia yang bernama Amerika Serikat mengumpulkan kekayaan atau biasa kita sebut dengan Negeri Paman Syam, itu karena saking majunya teknologi dan saking kayanya Negara ini. Akan tetapi mereka mengumpulkan kekayaan dunia ini dengan lewat Delapan jenis manipulasi[1]:
1)      Selama ini Amerika Serikat membiayai pertumbuhan domestiknya lewat tabungan bangsa-bangsa lain di dunia. Semenjak amerika meninggalkan standar emas yang dulu ia kuasai, dan sekarang amerika telah memetik keuntungan sebagai pemimpin kurs mata uang. Ini berarti bahwa mereka diuntungkan  dari menerbitkan dollar untuk digunakan diseluruh dunia. Mereka juga diuntungkan dari hak untuk menetapkan suku bunga demi kepentingan domestiknya sendiri dari pada  untuk kepentingan global. Dampaknya negatifnya dirasakan ketika amerika serikat meningkatkan suku bunga yang begitu tinggi sekali, sehingga mengakibatkan jatuhnya keuangan Mexico dan dimulainya krisis utang, yang memukul Negara-negara yang lebih miskin. Sejak saat itulah banyak sekali negara-negara yang terjebak kedalam perangkap utang termasuk Indonesia.
2)      Amerika Serikat menyangkal telah mengendalikan pereokonomian lebih dari dua pertiga dan bahkan setengah dari dunia ini. Sebagian besar bangsa-bangsa di dunia tidak mempunyai suara di IMF dan kecil kekuasaannya untuk menginisiatifkan perubahan yang positif di WTO (World Trade Organization atau Badan Perdagangan Dunia)... umpamanya, setelah krisis ekonomi Asia Tenggara, IMF memaksakan syarat terhadap Thailand, Korea Selatan (termasuk Indonesia) bahwa mereka harus membuka kepemilikan asing lebih besar dalam syarat perekonomian mereka—atas tuntutan Amerika...lewat syarat-syarat pinjaman seperti itu, bisnis dan perusahaan teknologi Amerika menjadi pemilik tunggal atau sebagian dari Bank-bank, lembaga-lembaga keuangan dan sektor-sektor teknologi kunci di negara-negara berkembangan.
3)      Amerika menafsirkan ’liberalisasi perdagangan’ sebagai satu arah, membuka akses bagi perusahan-perusahaan multinasional serta bisnis Amerika (ke negara-negara berkembang), dibawah kesepakatan WTO tentang agrikultur dan program-program penyesuaian struktural yang dipaksakan oleh Bank Dunia/IMF, negara-negara berkembang harus mengadakan perubahan-perubahan besar dalam kebijakan pangan serta egrikultur mereka, dan membuka perekonomian mereka bagi impor makanan murah, sambil mengurangi dan membatasi dukungan terhadap petani-petani mereka sendiri.
4)      Amerika Serikat mempromosikan jenis ”kebebasan ekonomi” yang sesungguhnya menghancurkan kebebasan ekonomi orang miskin. Dan hal ini telah terjadi dinegara-negara berkembang yang tempatnya terjepit; disatu pihak, ini membuka lahan untuk bisnis-bisnis yang berteknologi tinggi yang Amerika sendiri masuk dalam lingkaran tersebut, dengan adanya hal tersebut yang membuat Amerika untuk masuk secara bebas dan menangkap pasar dunia dan bahkan Amerika saat ini telah menguasai pasar dunia.
Dan dilain pihak, Amerika telah menghambat upaya-upaya negara berkembang untuk meningkatkan produk serta ekspor mereka sendiri, sekaligus menghambat mereka untuk memasuki pasar Amerika. Inilah yang di kenal sebagai perekonomian pasar bebas...yang demikian agresif dipromosikan oleh WTO dan IMF itu, tidak lebih daripada perampasan yang hanya menguntungkan yang kaya dan semakin membuat miskin yang memang sebelumnya miskin, sekaligus menbuat yang miskin menjadi semakin rentan terhadap ketidak-pastian makan. Sebagai akibat dari kebijakan dan pembaptisan yang dilakukan oleh Amerika, dalam satu harinya di bawah arus Globalisasi, negara-negara miskin mengalami kerugian hampir US$ 2 milyar akibat dari perdagangan internasional yang terkendali, sehingga membuat 30. 000 jiwa anak-anak meninggal dunia karena penyakit-penyakit yang seharusnya dapat dicegah, dan US$ 60 juta terkuras dari negara miskin ke negara kaya dalam bentuk hutang
Indonesialah yang sekarang menjadi bukti nyata dari hal tersebut, memang negara Indonesia ini adalah negara yang sangat bodoh, bukan penduduknya yang bodoh,akan tetapi penguasa yang memimpin Indoensia inilah yang sangat bodoh. Karena mereka tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri tanpa melihat apa yang sedang di alami oleh rakyat tempat mereka pimpin. Dan apa yang dikatakan oleh Amien Rais, bahwa pemerintah Indonesia sekarang ini adalah pemerintah yang bersifat Inlander (masih bermental primitif atau masih bermental budak ataupun terjajah) Indonesia masih merasa bahwa mereka masih berada pada saat mereka dijajah kaum kolonialisme dan pemimpin Indonesia adalah pemimpin yang bermental terjajah. Indonesia sendiri adalah salah satu negara yang tidak bisa belajar dari sejarah akan tetapi mereka memotong sejarah, yang pada akhirnya mereka kembali pula kepada sejarahnya Indonesia, yakni sebagai negara yang dijajah oleh para kolonialisme dan Indonesia pada saat ini masih berada pada masa lalu yakni masa dimana Indonesia dijajah oleh para penjarah Sumber Daya Alam.
5)      Amerika Serikat secara sistematis menghambat upaya-upaya Negara berkembang yang paling payah untuk memerangi kemiskinan dan paling payah dalam mempertahankan kelangsungan hidup penduduk-nya, yang oleh Amerika itu dibuat rencana untuk menghambat dan supaya negara miskin ini tidak dapat bertahan hidup dan supaya negara miskin ini mengemis kepada negara yang diberi gelar dengan negara adi daya atau negara super power. Negara ini telah menjadi negara penindas sekaligus sebagai negara yang akan cepat punah karena akan selalu dimusuhi oleh negara lain. Amerika memberlakukan tarif-tarif yang luar biasa (tinggi) atas barang-barang yang menjadi pertanian kunci seperti; beras, gula, dan kopi, atas kelapa, umpamanya, Amerika memberlakukan tarif yang lebih dari 100%. Pembatasan-pembatasan perdagangan ini membuat negara-negara yang lebih miskin didunia harus membayar US$ 2,5 milyar per tahun-nya karena kerugian dalam pertukaran kurs mata uang.
6)      Amerika Serikat menipu Negara-negara berkembang yang paling payah, sehingga meningkatkan kemiskinannya. Renungkanlah umpamanya, bagaimana Undang-undang pertumbuhan dan peluang Afrika (AGOA), yang diberlakukan menjadi Undang-undang oleh presiden George W. Bush pada Bulan Oktober 2001, menipu negara-negara Afrika. AGOA seharusnya dimaksudkan untuk memberikan perekonomian Afrika akses bebas bea masuk bagi produk mereka ke pasar Amerika sebagai imbalan atas konsesi tertentu bagi Amerika serta perusahan-perusahannhya.
7)      Amerika Serikat telah secara konsisten berupaya menurunkan harga-harga komoditi di negara berkembang. Anti iflasi seharusnya merupakan salah satu kunci sukses perekonomian Amerika selama dekade terakhir. Tetapi, penyumbang utama terhadap rendahnya inflasi selama ini adalah penurunan yang konsisten dalam harga-harga komoditi, yang diekspor oleh negara-negara pengutang, yakni oleh WTO dan IMF di dorong untuk mengekspor sebagai cara untuk melunasi utang. Bagi  banyak produk seperti teh, kopi dan kacang-kacangan, kelebihan suplai negara-negara yang berutang telah sedemikian rupa sehingga ekspor yang meningkat dari Afrika malah mendatangkan hasil keseluruhan yang lebih rendah.
8)      Akan tetapi semua itu masih belum cukup juga, yang kemudian Amerika memaksakan langkah-langkah ekonomi Unilateral (ekonomi satu arah), yang dikenal sebagai ”sanksi” secara teratur. Selama 80 tahun terakhir, sanksi-sanksi yang seperti itu telah dipaksakan  terhadap berbagai Negara 120 kesempatan, 104 di antaranya adalah semenjak perang Dunia II. Pada tahun 1998 saja, Amerika telah memberikan sanksi terhadap 75 negara, yang mencakup 25% dari penduduk dunia.


[1] Ziauddin sardar dan Merryl Wyn Davies, ”Mengapa Orang Membenci Amerika? (Why Do People Hate Amerika?), Batam, Classic Press, Hlm: 132-144.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar